Namaku Nandar
Namaku Nandar. Aku salah satu pengibar bendera di SMA tempat aku belajar. Bukan. Bukan paskibra. Di sekolah kecil di sudut kampung, tidak ada paskibra. Baju kami ya biasa saja, pakai putih abu-abu, topi lusuh yang ada lambang tut wuri handayaninya, sepatu hitam kumal yang sedikit terkikis sol sepatunya, dan bendera yang tak secerah dulu. Kemarin, sesudah upacara, aku mendengar kepala sekolah kami yang sering datang terlambat memarahi beberapa orang yang mengurus sekolah, "Kenapa bendera kita lusuh sekali! Tidak ada kalian yang peduli pada bendera itu? Cepat urus bendera itu. Saya mau itu bersih di upacara minggu depan. Dengar kalian?" Aku mendengar itu sehabis keluar dari kamar mandi, aku lewat di depan kantor kepala sekolah saat akan kembali ke kelas. Nandar. Bukan nama yang istimewa, bukan? Waktu aku tanya apa artinya Nandar pada ibu, ibu tak tahu, kata ibu Nandar adalah nama yang kakek berikan. Kakek sudah meninggal, sampai mati, aku tidak akan menemukan alasan mengapa nam