Postingan

Namaku Nandar

Namaku Nandar. Aku salah satu pengibar bendera di SMA tempat aku belajar. Bukan. Bukan paskibra. Di sekolah kecil di sudut kampung, tidak ada paskibra. Baju kami ya biasa saja, pakai putih abu-abu, topi lusuh yang ada lambang tut wuri handayaninya, sepatu hitam kumal yang sedikit terkikis sol sepatunya, dan bendera yang tak secerah dulu. Kemarin, sesudah upacara, aku mendengar kepala sekolah kami yang sering datang terlambat memarahi beberapa orang yang mengurus sekolah, "Kenapa bendera kita lusuh sekali! Tidak ada kalian yang peduli pada bendera itu? Cepat urus bendera itu. Saya mau itu bersih di upacara minggu depan. Dengar kalian?" Aku mendengar itu sehabis keluar dari kamar mandi, aku lewat di depan kantor kepala sekolah saat akan kembali ke kelas. Nandar. Bukan nama yang istimewa, bukan? Waktu aku tanya apa artinya Nandar pada ibu, ibu tak tahu, kata ibu Nandar adalah nama yang kakek berikan. Kakek sudah meninggal, sampai mati, aku tidak akan menemukan alasan mengapa nam

#ReviewUsil 12 Menit Untuk Selamanya; Film Musikal Terbaik

Selain Drum Line , 12 Menit Untuk Selamanya adalah film bersegmen insan orkes baris. Kamu tidak salah baca, orkes baris. Itu bahasa Indonesia dari drum band. Film yang bercerita tentang proses panjang latihan tim marching band di kalimantan timur untuk ajang lomba terbesar se-Indonesia ini amat multikonflik. Tentu saja, masalah datang dari manajemen tim itu sendiri, tiap anggotanya, dan hal-hal lain. Pelatih yang baru datang, manajemen yang tidak kompak, anggota yang punya banyak masalah di rumah, menjadi konflik yang membuat kita, sebagai penonton, akan sering mengusap dagu. Dada maksudnya. Film ini musikal sekali. Tentu saja tidak seperti La La Land, dan banyak film musikal lain yang kita kenal. Film ini, benar-benar memanjakan telinga kita dengan dentingan marimba, alunan trumpet, hentakan snare drum, dan tak lupa lenggak-lenggok pemain color guard . Kualitas akting para pemainnya, juga tidak bisa dianggap enteng. Almarhum Didi Petet, Titi Rajo Bintang, dan aktor-aktor ibuk

Kamu Di'bully'? Yakin? Bukan Bercanda?

Baiklah, setelah beberapa hari tidak menulis panjang di facebook, akhirnya saya menulis lagi. Sebenarnya, saya sudah mau menulis soal ini sejak beberapa hari yang lalu ada kabar soal pem'bully'an di salah satu universitas di jakarta. Saya tahan. Besoknya, terjadi lagi pem'bully'an yang juga diunggah ke media sosial oleh para pelaku. Parahnya, yang melakukan anak SMP yang baru masuk sekolah. Saya tahan. Hari ini, ada yang mengejutkan dari Hitam Putih, yaitu Krisna! Seorang anak dari Cirebon yang bakatnya luar biasa. Dapat menirukan suara-suara. Bisa makhluk hidup, benda mati, sampai makhluk hidup yang sudah mati, tepatnya kuntilanak. Namun, masalahnya adalah anak ini tidak melanjutkan sekolah.  Bukan! Bukan karena orangtuanya tak mampu. Melainkan karena dia trauma. Pada apa? Pada orang-orang goblok yang mem'bully'ny ketika di sekolah, ketika dia diminta untuk menunjukkan bakatnya, padahal dia lelah dan malas, dia malah jadi sasaran empuk untuk ditimpuk.  Hei! Kri

#ReviewUsil Sok Suci by Fisabilillah Production

Perkembangan film pendek di Indonesia cukup pesat. Banyak komunitas-komunitas film yang memproduksi film dengan serius. Pangsa pasarnya juga beragam. Ada yang bermain di platform online seperti Youtube.com atau Vidio.com. Ada juga komunitas-komunitas yang lebih fokus pada festival. Beberapa, bermain keduanya. Mereka tidak main-main, ini butuh keseriusan. Membuat film pendek tidak pernah semudah yang penonton bayangkan. Mengemas konflik padat dalam waktu singkat memerlukan kelihaian tim produksi, khususnya tim penulis skenario. Bukan cuma itu, mencari tema yang 'relate' pada jaman dan atau manusianya juga susah. Kali ini, mari membiarkan saya mengulas salah satu film pendek produksi Fisabilillah Production yang berjudul Sok Suci. Supaya damai, saya menulis #ReviewUsil ini sembari mendengarkan Banda Neira di telinga. Semoga memuaskan. Mari mulai! Fisabilillah Production atau biasa disebut FisProd adalah sebuah komunitas atau bahkan sebuah rumah produksi serius yang d

Saya Tidak Merokok dan Saya Menghargai Mereka yang Merokok

Rokok. Isu yang kuat kita bahas semalam suntuk.  Saya tidak merokok, paling tidak sampai saya menulis ini. Lalu, pertanyaannya, kenapa saya tidak merokok? Karena saya suka makan permen? Korelasinya di mana? Saya tidak merokok karena merokok itu gak enak. Lah, dari mana saya bisa tahu? Kelihatannya begitu. Nikmatnya di mana? Isap, keluar asap, sampai habis begitu terus. Sekali lagi, kelihatannya begitu. Namun, buat apa saya jelaskan lebih panjang lagi kenapa saya tidak merokok, memangnya ada yang penasaran? Ada yang mau tahu betul? Mari kita bahas sesuatu yang lebih pantas untuk diperbincangkan . Kenapa saya menghargai mereka yang merokok?  Karena itu pilihan mereka. Selama itu tidak mengganggu, lanjutkan. Namun, yang menyedihkan adalah para perokok yang tidak menghargai keberadaan orang lain. Bukan cuma yang tidak merokok, yang perokok saja kalau lagi di angkot ada bapak-bapak yang merokok dan asapnya kemana-mana juga pasti merasa terganggu. Superman, juga kalau lagi di angkot ada yan

Wanita Spesial di Beranda Facebook Saya

Saya punya banyak bahan bacaan di beranda. Ada banyak orang yang menulis panjang tentang apapun setiap hari. Ini menyenangkan! Namun, ada satu wanita yang spesial sekali di beranda. Saya tak usah beritahu namanya siapa. Biar dia tetap menulis tanpa malu karena tahu ada orang yang mengintip tiap tulisannya. Dia sebenarnya bukan seperti teman-teman saya yang lain yang saya temui di grup-grup menulis. Dia wanita yang menulis status karena ada sesuatu yang ingin disampaikannya.  Statusnya berlandaskan kecintaannya pada agama.  Dulu, saya pikir, saya akan tidak tahan berteman di facebook dengan orang-orang yang membahas agama dengan berlebihan. Perumpaan-perum pamaan. Kecurigaan berlebihan. Ketakutan-ketak utan. Namun, wanita ini beda, tulisannya terkadang lucu, sindiran halus, serius. Saya ingin sekali mengajaknya diskusi soal cara menulis yang baik. Supaya tulisannya lebih baik. Supaya EBI-nya lebih tertata. Saya ingin sekali. Semoga.

Bagaimana Bila Upin Ipin Adalah Kartun Animasi Buatan Indonesia? .

Gambar
Siapa yang tidak tahu Upin Ipin? Nenek-nenek yang lagi minum teh di beranda rumahnya di Belgia aja tahu. Apalagi sekadar alien dari Mars, pasti tahu. Pembuka macam apa itu? Sampah! Malam ini, berbekal baterai handphone 19%, nyamuk-nyamuk yang menggorogoti, dan daya khayal tinggi, saya memutuskan untuk berandai-andai Upin Ipin itu buatan Indonesia, bagaimana jadinya? Ingat! Saya tidak mencoba menjelek-jelekkan saya sendiri. Namun, memang beginilah adanya, menurut imajinasi dan keusilan saya. Mari mulai! Upin Ipin pasti akan jadi animasi dengan 'rating' R&BO. Mengapa? Karena konflik-konfliknya pasti akan beda. Upin Upin yang kedua orangtuanya meninggal dan hidup bersama Opa dan Kak Ros, bila di kita akan ada tambahan peran suami dari Opa. Anggap saja Tuk Fulan. Tetangga mereka, Tuk Dalang, yang merupakan teman masa kecil Opa, pasti tidak akan dekat hubungannya dengan keluarga Upin Ipin. Karena apa? Karena Tuk Fulan, Opa, dan Tuk Dalang punya sejarah cinta pada masa remaja.